Aku Hanya Bermodal Cinta
Oleh: Abdul Hanan, QH., M.Sos.
Sebagai insan yang diciptakan oleh Allah SWT. tentu memilki hati yang
dengan hati itu manusia bisa merasakan kesenangan, kebahagiaan, marah dan lain
sebagainya. Dengan hati pula bisa memicu dan mendorong
seseorang untuk berbuat kebaikan ataupun keburukan karena hati ini merupakan
raja dari semua organ tubuh manusia.
Maka cinta itu
terlahir dari hati. Oleh karenanya maka pastikanlah bahwa yang kita cintai itu
adalah yang baik-baik karena semua itu dapat menentukan nasib baik atau
buruknya seseorang baik di dunia maupun di akhirat kelak.
Diriwayatkan
oleh Sayyidina Malik bin Anas ra. bahwa ada seorang laki-laki bertanya kepada
Rasulullah saw. perihal hari kiamat. “Kapankah datangnya hari kiamat itu wahai
Rasulullah?” Rasulullah saw. kemudian balik bertanya kepada laki-laki tersebut,
“Apa yang telah kamu persiapkan untuk menghadapinya?” Laki-laki tersebut
menjawab, “Belum ada wahai Rasulullah, kecuali hanya (modal) cintaku kepada
Allah dan Rasul-Nya.” Rasulullah saw. kemudian bersabda:
انت مع من احببت
“Engkau bersama orang yang
kamu cintai.” (HR, Bukhari)
Berita dari Rasulullah saw. tersebut menjadi penyejuk hari para sahabat
ketika itu dan juga bagi kaum mukminin, namun ketahuilah bahwa berita tersebut
juga menjadi tamparan yang sangat keras dan ancaman bagi orrang-orang yang
keliru dalam memberikan dan mengalamatkan cintanya.
Bagi Sayyidina Malik bin Anas ra. berita ini sungguh sangat
menggembirakan hatinya sehingga beliau berkata, “Sungguh tiada yang
menggembirakan hati kami daripada hadits Rasulullah, “Seseorang bersama orang
yang ia cintai.” Dan beliau juga mengatakan bahwa, “Aku mencintai rasulullah
saw. Abu Bakar dan Umar dan aku berharap dapat berkumpul bersama mereka dengan
bekal kecintaanku kepada mereka, kendati aku belum bisa beramal sebagaimana
mereka beramal.”
Lalu apakah dengan modal cinta bisa masuk surga? Bahkan bisa berkumpul
dengan orang yang kita cintai kelak di surga? Benar, begitulah memang yang sebenarnya.
Akan tetapi ketahuilah bahwa dengan cinta pula seseorang tersungkur ke dalam
neraka. Kenapa bisa demikian? Karena tergantung kepada apa dan siapa ia
memberikan cintanya dan bagaimana ia mengekspresikan kecintaannya terhadap
siapa yang ia cintai.
Maka hadits ini tidak hanya menjadi berita gembira namun hadits tersebut
sekaligus menjadi tamparan kerasbagi mereka yang mencintai, membanggakan,
menyanjung ataupun mengidolakan manusia dengan tipe seperti maghdubun
‘alaihim yaitu orang-orang yang dimurkai oleh Allah swt dan dhaallun yaitu
orang-orang yang tersesat, seperti orang kafir atau munafiq. Karena kecintaan
itu akan menempatkan dan menentukan antara orang yang mencintai dan orang yang
ia cintai di tempat yang sama.
Maka sungguh cinta itu sangat agung dan luar biasa. Ia menjadi unsur
pendorong manusia dalam berbuat dan penggerak untuk berusaha dalam mencurahkan
pengorbanan demi apa yang ia cintai. Seberapa hebat dan semangat seseorang
dalam pengorbanannya itu tergantung kepada kekuatan cinta yang bersemayam dan
melekat dalam hatinya. Demi cinta seseorang rela berkorban, mencurahkan tenaga,
dan menghabiskan waktunya. Bahkan karena cintanya pula ia rela mempertaruhkan
kebahagiaannya sendiri demi apa yang ia cintai, ia tidak peduli lagi dengan
dirinya. Betapa dahsyat dampak dari cinta, hingga dampaknya tidak hanya di
dunia melainkan sampai akhirat kelak. Terpisahnya cinta di dunia bukanlah akhir
dari perjalanan cinta karena masuh ada pengadilan di akhirat, di mana seseorang
akan dikumpulkan bersama orang yang ia cintai selama di dunia. (Abdul Hannan Ibnu Rustam)
[]Walahu a’lamu bisshawab.